Selasa, 05 Juli 2011

Rahen

A.  Latar Belakang
الرهن هو جعل شيء المالي محبوسا بحق يمكن استفياؤه منه (بلوغ المرام : 181)
Rahan adalah suatu barang yang dijadikan peneguh atau penguat kepercayaan dalam utang piutang. Barang itu boleh dijual kalau utang tak dapat dibayar, hanya pejualan itu hendaklah dengan keadilan (dengan harga yang berlaku waktu itu).
Firman Allah SWT :
وان كنتم علي سفر ولم تجدوا كاتبافرهنمقبوضة (البقرة : 283)
Artinya :
Jika kamu dalam perjalanan (dalam bermuamalat tidak secara tunai ) sedantgkan kamu tidak memperoleh seorang penulis maka hendaklah ada jaminan yang dipegang (oleh yang berpiutang). (Al-Baqarah : 283)
Sabda Rasulullah SAW :
عن انس قال رهن رسولاالله صلي الله عليه وسلم درعا عند يهودي باالمد ينة واخذ منه شعيرا لاهله . رواه احمدوالبخاري والنسائ وابن ماجه.
Artinya :
Dari Anas : ia berkata “Rasulullah SAW, telah merungguhkan baju besi beliau kepada seorang Yahudi di Madinah, sewaktu beliau mengutang sya’ir (gandum) dari seorang Yahudi untuk ahli rumah “ (Riwayat Ahmad, Bukhari, Nasai dan Ibnu Majah).

Menurut keterangan dalam hadits lain, banyaknya biji gandum yang diutang Rasulullah SAW. Dari seorang Yahudi adalah tiga puluh sak, lebih kurang 90 Liter dengan jaminan baju perang beliau.
Dalam hadits tersebut jelaslah bagi kita bahwa agama Islam dalam urusan muamalat tidak membedakan antara pemeluknya dengan yang lain. Wajib atas muslimin membayar hak pemeluk agama lain seperti terhadap sesama mereka. Begitu juga tidak halal harta mereka selain dengan cara yang halal terhadap sesama muslim.

            B. Rukun Rahend
1. Lafaz (kalimat akad), seperti : “Saya jaminkan ini kepada engkau untuk utangku yang sekian kepada engkau” jawab yang berpiutang “Saya terima jaminan ini”.
2. Ada yang menjaminkan ada yang menerima jaminan (yang berutang dan yang berpiutang). Keduanya hendaklah ahli tasarruf (berhak membelanjakan hartanya).
3. Barang yang dijaminkan. Tiap-tiap zat yang boleh dijual boleh dijaminkan dengan syarat  keadaan barang itu tidak rusak sebelum sampai janji utang harus dibayar.
4.  Ada utang,  disyaratkan keadaan utang telah tetap.

            C. Manfaat Barang Yang Dijaminkan
Orang yang punya barang tetap  berhak mengambil manfaat dari barang yang dijaminkan, bahkan semua manfaatnya tetap kepunyaan dia, kerusakan barang pun atas tanggungannya. Ia berhak mengambil manfaatv barang yang dijaminkan itu walaupun tidak seizin orang yang menerima jaminan. Tetapi usaha untuk menghilangkan miliknya dari barang itu atau merugikan barang itu tidak diperbolehkan kecuali dengan izin orang yang menerima jaminan. Maka tidaklah sah bila orang yang menjaminkan tidak menjual barang yang sedang dijamminkan itu, begitu juga menyewakan apabila masa sewa-menyewanya itu melalui masa jaminan.
Sabda Rasulullah SAW :
لايغلق الرهن من صاحبه الذّي رهنه له عنمه وعليه غرمه. رواه الشافعي والدارقطني
Artinya :
Jaminan tidak menuntut pemiliknya dari manfaat barang itu, faedahnya kepunyaan dia dan dia wajib membayar dendanya. (Riwayat Syafi’ie dan Daruqutni).
Orang yang memegang jaminan boleh mengambil manfaat dari barang yang dijaminkan dengan sekedar ganti kerugiannya, untuk menjaga barang itu :
Sabda Rasulullah SAW :
اذارتهن شاة شرب المرتهن من لبنها بقدر علفها فان استفضل من اللّبن بعد ثمن العلف فهو ربا. رواه حمّاد بن سلمة
Artinya :
Apabila seekor kambing dijaminkan maka yang memegang jaminan itu boleh meminum susunya sekedar sebanyak makanan yang diberikannya pada kambing itu. Maka jika dilebihkannya dari sebanyak itu, lebihnya itu menjadi riba” (Riwayat Hammad bin Salmah).
  
D. Bertambahnya Barang Yang Dijaminkan
1. Tambahan yang terpisah seperti buah, telur atau anaknya yang jadi dan lahir sesuadah dijaminkan tidak termasuk barang jaminan tetapi tetap kepunyaan orang yang menjaminkan. Maka jika barang jaminan itu dijual oleh yang memegang jaminan, tambahannya itu tidak boleh dijual sebab tambahan itu tidak ikut dijaminkan.
2. Tambahan yang tidak dapat dipisahkan seperti tambahan gemuk, tambahan besarnya dan anak yang masih dalam kandungan semuanya itu termasuk yang dijaminkan. Begitu juga bulunya jika diwaktu menjaminkan sudah waktu memotong tetapi tidak dipotongnya hal itu menjadi tanda bahwa bulu itu termasuk dijaminkan. Tetapi jika diwaktu menjaminkan belum waktunya dipotong maka ia seperti tambahan yang terpisah tidak termasuk dijaminkan yang punya barang berhak memotongnya dan mengambil bulu itu apabila sampai waktu memotongnya.

E. Problematika
Adapun jaminan yang berlaku di Negeri kita ini (seorang menjaminkan sawah  atau pohon kelapa , semua pengahsilan diambil oleh yang memegang) hal ini tidak sah dan tidak halal sebab jaminan itu hanya berguna untuk menambah kepercayaan yang berpiutang kepada yang berutang bukan untuk mencari keuntungan bagi yang berpiutang.
Sabda Rasulullah SAW :
كل قرض جر منفعة فهو وجه من وجوه الربا. اخرجه البيهقي
Artinya ;
Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat maka itu salah satu dari beberapa macam riba (Riwayat Baihaqi).

F.  Kesimpulan
        Rahend adalah suatu barang yang dijadikan peneguh atau penguat kepercayaan dalam utang piutang, dan apabila barang yang dijaminkanan diterima oleh yang berpiutang tetaplah jaminan dan apabila jaminan telah tetap yang punya barang tidak boleh menghilangkan miliknya dari barang itu, baik dengan jalan  jual ataupun diberikan, dan sebagainya kecuali dengan izin yang berpiutang.
   Apabila barang yang dijaminkan rusak atau hilang ditangan orang yang memegangnya, ia tidak wajib mengganti karena barang jaminan itu adalah barang amanat (percaya dan mempercayai), kecuali jika rusak atau hilangnya itu disebabkan kelalainnya.


DAFTAR PUSTAKA
Rasyid Sulaiman, Fiqih Islam, 2001, Sinar Baru Algensindo
Nawawi Amien,  Bulughur Maram, Darul Abidin

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates